Selasa, 27 Maret 2012

fauna 8; Mafia Ikan Hias Bermain di Jambi

KRIMINAL Minggu, 04 Maret 2012 , 01:30:00 Mafia Ikan Hias Bermain di Jambi Ridi Angus Di Klaim Milik Thailand JAMBI - Tak sedikit potensi fauna Jambi yang sudah di klaim milik asing. Contohnya saja Ikan Bajubang atau Botia jenis merah dan hijau yang diklaim Singapura sebagai fauna kekayaan alam mereka. Kali ini, ikan balasak atau Ridi Angus sudah di klaim Thailand. Padahal,ikan hias ini hanya ditemukan di Sungai Batanghari, Jambi. Bukan itu saja, sejumlah ikan hias asli Jambi seperti ikan tali-tali, arwana Jambi dan tilan ditengarai sudah di klaim singapura sebagai ikan mereka. Menariknya, keberadaan ikan-ikan itu di Jambi memang sudah langka. Apalagi ikan Ridi Angus, sudah sangat sulit ditemukan. Anehnya, jenis ikan-ikan tersebut justru gampang ditemui di singapora dan Thailand. Ditengarai ada keterlibatan mafia ikan hias yang memonopoli dan menghabisi ikan hias di Jambi. Terkait hal itu, Gubernur Jambi, Hasan Basri Agus (HBA) ketika dikonfirmasi hanya bias kaget. Dia mengaku tak pernah mendapat laporan tentang adanya mafia ikan hias yang bermain di jambi. Selama ini dia hanya mendapatkan laporan yang baik-baik saja mengenai pengelolaan ikan hias. “Wah.apa iya,”tanya HBA ketika ditemui usai rapat laporan keterangan pertanggungjawaban (LKPJ) di gedung DPRD Provinsi. Bekas bupati sarolangun ini hanya bisa kaget ketika mendengar kabar bahwa ikan ridi angus sudah diklaim milik thailanda. Dia menyayangkan jika memang ridi angus sudah di klaim. “Padahal di tahun 70-an. Ridi angus itu mudah sekali ditemukan,”singkatnya usai acara rapat paripuran lKPJ di gedung dewan. Salah satu staf dinas perikanan Provinsi Jambi berinisial AD menengarai ada mafia ikan hias bermain di Jambi. Para mafia inilah, kata dia, yang menyebabkan ikan-ikan hias itu punah di Jambi. “Mereka membawa dan membudidayakan ikan ridi angus secara besar-besaran yang kemudian di klaim sebagai ikan milik mereka,”kata AD yang meminta namanya dirahasiakan lantaran takut di terror mafia ikan hias. Menurutnya, para mafia ini merupakan kolaborasi pribumi dan warga asing. Bahkan, ia tak menampik adanya keterlibatan ‘orang dalam’ untuk melangkakan ikan hias jenis ridi angus ini. “Salah satu modus para mafia ini yakni mereka memborong jenis ridi angus secara besar-besaran. Lalu, keberadaan ridi angus di Jambi di habisi,”katanya. Modus lainnya yakni lewat permainan harga. Lewat system arisan, mereka memonopoli penjualan ikan ridi angus sehingga warga Jambi tak punya ruang dan tempat untuk menjual ikan ke pasar. Akibatnya, harga ridi angus jatuh dipasaran. “Nah, ketika harga jatuh, disinilah celah mereka menguasai. Lantaran monopoli ini, akibatnya warga terpaksa hanya bias menjual ke mereka. Itu pun dengan harga yang sangat murah,”jelasnya. Itulah sebabnya jenis ridi angus ini punah. Apalagi tidak ada paying hokum dan keseriusan pemerintah dalam mengelola ridi angus ini. “padahal, dulu ikan ini gampang sekali kita temui. Kalau sekarang, sudah hamper punah. Cirri khas ikan ini memang hidup berkelompok. Jadi sangat gampang ditangkap,”katanya. “Karena gampang ditangkap, maka ikan ini sangat mudah dihabisi. Kan aneh, ikan ini langka dijambi tapi mudah ditemui dinegeri orang. Padahal ini ikan asli Jambi,”imbuhnya. Pria yang sehari-harinya berkecimpung mengurusi ikan ini mengatakan permainan mafia ikan hias tak stop sampai disitu saja. Dengan memonopoli pasar, kata dia, maka warga pribumi tak mampu menjual ikan-ikan hias tersebut sampai ke luar negeri. Dengan sangat rapi, kata dia, para mafia ini mensetting proses penjualan ikan-ikan hias lewat akses satu pintu. “Wajar, ekspor ikan hias dari Jambi tak bisa menembus pasar Eropa secara langsung. Ekspor ikan hias hanya bias dilakukan ke singapura. Artinya, kalau ingin ekspore langsung ke eropa tentu tidak bias,”jelasnya. (mui)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar