Selasa, 27 Maret 2012

fauna 6;Betung Kerihun, Paru-paru Dunia Potensi Wisata

Putussibau – Mengapa NGO internasional selalu ribut jika Taman Nasional Betung Kerihun (TNBK) terusik kelestariannya? Sebab inilah TS terbesar sebagai paru-paru dunia yang masih lengkap flora dan faunanya. Inilah konservasi terbesar di Indonesia, di Kalbar, dengan luas wilayah hingga 800.000 hektare. Kekayaan keanekaragaman hayati, keindahan, dan keunikan budaya masyarakat yang menyatu dengan alam di lingkup hutan hujan tropis, bersaing dengan Amazon di Brazil yang sudah dicemari oleh perkebunan kedelai dan biji-bijian. Ribuan jenis flora dan fauna di TNBK telah diidentifikasi. Banyak di antaranya merupakan endemik Kalimantan dan puluhan jenis temuan baru. Setidaknya terdapat 695 jenis pohon yang tergolong dalam 15 marga dan 63 suku. Dan 50 di antaranya jenis endemik Borneo. Fauna TNBK memiliki ragam hewan di antaranya kelompok burung yang teridentifikasi sebanyak 301 jenis yang tergolong dalam 151 marga dan 36 suku. Dari kelompok mamalia terinventarisasi sebanyak 48 jenis dan primata ditemukan sebanyak 8 jenis dengan orangutan mendiami kawasan ini. Serangga tercatat sekitar 170 jenis yang teridentifikasi. Sedangkan dari kelompok ikan berhasil diidentifikasi sebanyak 112 jenis yang tergolong dalam 41 marga dan 12 suku. Begitu juga dengan keanekaragaman amfibi dan reptil, terdapat 103 jenis yang dapat teridentifikasi di TNBK. Ari Yuwono SHut MSi, Kasubag Perencanaan dan Kerjasama Balai Besar TNBK, mengungkapkan selain keanekaragaman flora dan fauna juga yang menyimpan keindahan alam potensi wisata alam. Mulai dari arung jeram, gua, air terjun, dan lainnya. Hampir semua jenis flora dan fauna yang berada di kawasan TNBK dilindungi. Untuk mengawasi kelestarian kawasan ada polhut yang melakukan patroli rutin baik darat maupun udara. Juga patroli gabungan dengan polisi dan masyarakat. “Keberadaan Balai Besar TNBK untuk menjaga kelestarian TNBK itu sendiri, sesuai yang diamanatkan Undang-Undang Kehutanan,” ujarnya. Flora dan fauna TNBK bisa saja terancam oleh tangan-tangan jail. Terutama penambangan emas liar (PETI), perambahan hutan alias illegal logging, dan perburuan hewan-hewan, tentu akan mengancam kelestarian TNBK. Masyarakat dan tatanan adat sendiri sebenarnya punya kearifan lokal untuk menjaga kelestarian kawasan hutan konservasi ini. Mereka diberikan pemahaman agar ikut berperan aktif dan bersama-sama menjaga TNBK. “Kita akui gejolak di masyarakat ada, karena tidak bisa mengeksploitasi kawasan TNBK secara berlebihan,” tandasnya. Sebenarnya, kata Ari, potensi wisata alam sangat tinggi bila dikelola dengan baik yang hasilnya bisa menghidupi masyarakat sekitar hutan. “Untuk menekan terancamnya kelestarian TNBK, ada program pemberdayaan masyarakat sekitar. Sehingga mereka tidak mengekploitasi taman nasional,” ujarnya. Setidaknya Balai Besar TNBK memiliki 16 desa binaan. Kepada desa-desa ini diberikan modal untuk program usaha kelompok masyarakat desa. Baik itu untuk budi daya ikan, ternak, atau lainnya. Juga pelatihan dan pendampingan dalam usahanya tersebut. “Modal kita berikan sesuai kebutuhan dan kemampuan masyarakat setempat. Ini sudah berjalan di 16 desa binaan. Karena motto kita kawasan lestari, masyarakat sejahtera,” jelas Ari lagi. Sadar wisata Pelatihan menjadi tour guide salah satu yang penting dilakukan agar sumber daya hutan tetap lestari. Seleksi secara ketat, tidak heran dari 28 peserta yang ikut, hanya enam orang saja yang lulus dan berhak mendapat SIM lisensi tour guide pariwisata yang dikeluarkan Disbudpar Kapuas Hulu. “Atas atas rekomendasi panitia penyelenggara hanya enam peserta saja yang lulus. Lisensi yang diberikan berlaku secara nasional,” tandasnya. Upaya lainnya, tahun ini Disbudpar Kapuas Hulu bersama stakeholder di antaranya TNBK, TNDS, WWF, GIZ, dan KOMPAK akan membuat buku destinasi wisata. Buku ini akan sebagai informasi bagi turis untuk mengetahui potensi apa saja yang ada yang merupakan unggulan di Kapuas Hulu. Diakuinya, sarana dan prasarana serta SDM penunjang pariwisata Kapuas Hulu masih minim. Namun saat ini sudah ada pemerintah pusat yang memberikan bantuan untuk membuat jalan lingkar di Bukit Tekenang untuk menuju TNDS. Ada juga bantuan berupa dana PNPM pariwisata untuk desa wisata yang diperoleh tiga desa. “Yaitu Desa Melembah di kawasan TNDS, Desa Sungai Ulu Palin yang terletak antara TNDS dan TNBK, dan Desa Sadap yang berada di sekitar kawasan TNBK,” ujarnya. Yang terpenting, kata Darmawan, perlu mendorong masyarakat agar sadar wisata untuk memberikan ruang yang besar dalam kemajuan pariwisata. “Kehadiran wisatawan ke daerah mereka akan membuka kesempatan kemajuan ekonomi bagi masyarakat,” ujarnya. Masyarakat di setiap destinasi diharapkan dapat mengembangkan industri rumah tangga, baik itu kerajinan, pertanian, atau makanan olahan. Untuk itu perlu dorongan Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi membangun ekonomi kreatif masyarakat daerah wisata. (aRm)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar